Siapa yang tidak kenal dengan keripik singkong? Salah satu makanan ringan khas dari Indonesia, yang menjadi favorit di kalangan banyak orang karena rasanya yang gurih dan renyah. Hal inilah yang membuat banyaknya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengolah umbi singkong menjadi keripik. Salah satunya pria asal Payakumbuh, Sumatera Barat, Muda Eugenio Zhati (39).
“Di daerah asal saya, keripik singkong dikenal dengan nama sanjai. Tahun 2012, saat saya memulai usaha ini di Aceh, belum banyak yang memproduksi dan memasarkannya,” ujar pria yang akrab dipanggil Zhati ini.
Sejak tahun 2011, bapak 2 anak ini merantau ke Aceh dari Sumatera Barat. Mulanya, Zhati mencoba keripik singkong di Aceh, namun memiliki cita rasa yang berbeda dari produksi di Sumatera Barat. Saat itulah tercetus ide untuk mulai memasarkan produk “sanjai” ini di Aceh. Ia memasarkan produk keripik singkong ke swalayan – swalayan lokal. Hingga akhirnya, ia menawarkan produknya untuk dipasarkan di toko Indomaret.
“Saya dan istri antusias sekali untuk memasarkan produk ini, namun juga cemas. Karena tidak semua toko menyediakan tempat display yang memadai, hingga akhirnya kami diterima oleh Indomaret,” kata Zhati dengan wajah bahagia.
Keripik Ciwinda MD produksi Zhati disambut baik oleh masyarakat, sehingga ia mengembangkan 2 varian lagi, yaitu: stik ubi dan karak kaliang. Keberhasilan ini juga tak lepas dari prinsip yang diajarkan oleh Indomaret: menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen, sehingga ia mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Awalnya, keripik produksi Zhati hanya dipasarkan di 30 toko Indomaret, kini merambah hingga 143 toko Indomaret di Provinsi Aceh.